Cukup aku yang memeluk rindu ini sendirian, biar aku yang menanggung semua jejak jejak kesakitan ini, hingga tak tersisa.
Menahan perih disudut malam, mengumpulkan serpihan serpihan kebahagiaan yang masih bersisa, dan tangisku akan mereda seiring berjalannya waktu.
Tetap sepi yang tak pernah bosan datang mengunjungiku. Dan dengan tangisan ini, aku teringat ketika dimana kita mencuri curi waktu untuk bertemu.
Aku takkan mempertanyakan lagi tentang semua perasaanmu itu, tentang rindu yang kau persembahkan untukku. Padahal kau masih meragu tentang semua itu.
Aku juga takkan memintamu untuk datang lagi. Walaupun sekedar bersapa atau melepas rindu yang masih menggantung. Biar semua itu terbawa angin, entah kemana.
Tapi aku selalu tak yakin, bisakah aku pergi darimu ? dari genggaman genggaman jemarimu yang selalu menghangatkanku.
Atau kau akan terus menggantung rindu yang tak ada ujungnya ? rindu yang setiap saat menusuk jantung. Membuatnya perih, menyakitkan.
Aku hanya akan berdamai dengan waktu, dengan hati yang sudah tercabik, dengan waktu yang terasa lama berputar, dengan airmata yang berteriak dalam alirannya.
Maka, ijinkan aku tidur sejenak dengan berbantal rindu darimu. Dengan sejuta kasih sayang yang kau janjikan itu sebagai pengganti mimpiku.
Aku telah membuang jauh jauh rindu dan semua janji usang yang kau ucap.
Selamat tinggal sayang, kau tau aku begitu mencintaimu. Semoga esok ketika terbangun, aku sudah lupa tentang patah hati (lagi).
0 komentar:
Posting Komentar